Jogja Kembali (Lagi) -- Part 2


Di bagian kedua kali ini adalah tentang perjalanan kami dari Surabaya ke Jogja. Monggo disimak...

Sengaja kami naik bus patas Eka jurusan Surabaya – Jogja. Awalnya pacar saya memaksa naik kereta. Saya tidak kurang argumen untuk meyakinkannya agar kami naik bus karena lebih mudah menuju Candi Borobudur, objek wisata pertama kami. Terlebih hotel yang kami tinggali check-in nya jam 1 siang, jadi kami harus menghabiskan pagi di hari Kamis 20 September dengan kegiatan yang lebih bermakna, ya…berpanas ria di Candi Borobudur.


Kami tiba di Terminal Purabaya – Bungurasih Surabaya sekitar jam 11 malam. Bus yang kami naiki langsung tancap gas setelah kami duduk. Seperti biasa semua mata memandang kami, mungkin karena bukan weekend jadi mereka pada heran liat bule. harga karcis Surabaya-Jogja Rp. 68.000 sudah termasuk makan di Rumah Makan Duta di Ngawi. Murah meriah…disbanding kereta kelas eksekutif (yang ber-AC) yang mencapai Rp. 125.000.

Saya tidak tahu tepatnya di mana bus kami berhenti dan setelah hampir setengah jam kami dioper ke bus Eka giliran selanjutnya. Untung kami dapat kursi di bagian belakang. tempat ini sangat saya rekomendasikan karena kaki bisa selonjor di pegangan tangga pintu belakang. Setelah heboh cekikikan pacar baru sadar sepatu MBT-nya tertinggal di bus sebelumnya. Oalah…saya yakin saja sepatu itu akan ketemu. Benar saja, setelah saya sampaikan kepada awak bus saya langsung disambungkan via telepon pada awak bus sebelumnya. mereka menyimpan sepatu itu dan akan diserahkan kepada markas (pool) bus Eka – Mira di daerah Tropodo Sidoarjo. Kami hanya tinggal menunjukkan bukti karcis ketika mengambil sepatu tersebut di pos satpam. Alhamdulillah..satu masalah selesai.


Kami sampai sekitar jam 6. 15 di Terminal Giwangan – Jogja. Sampai tujuan hanya tinggal 7 orang, hampir semua penumpang  turun di Solo.  Seperti yang sudah saya duga saya akan disambut puluhan fans, ternyata..benar juga. Calo dan awak bus heboh menawari kami, apalagi tahu saya bersama bule..turis abis ceritanya. Saya tidak menghiraukan dan langsung naik tangga ke ruang tunggu di atas. Sebenarnya saya tidak tahu pasti saya harus ke mana untuk menunggu bus tujuan Borobudur, tapi saya cuek saja bergegas meninggalkan kerumunan. petugas loket peron sudah hadir di pagi hari, calo bus masih saja nekat menghampiri. Saya bilang saja saya tunggu jemputan ketika ditanya hendak ke mana, titik. Loket peron Rp. 200 sayang saya harus bayar padahal di Terminal Purabaya peron sudah ditiadakan.

Di sisi kiri adalah bus jurusan luar kota saya lupa pastinya
Sebelah kanan dari gambar ada pintu yang mengarah pada bus jurusan kota-kota sekitar Jogja
(Parangtritis, Muntilan, Sleman, dll)

Tidak ada informasi untuk bus dalam kota.
Apakah memang ruang tunggu hanya untuk bus luar kota saja?

Sampai dalam ruang tunggu terminal saya terpana, ruang tunggunya kotor dan tidak terawat. Saya ingat betul di Terminal Purabaya lantainya disapu berkali-kali. Pagi, siang, sore setiap saya ke sana lantainya bersih walaupun tidak kinclong ubinnya. Paling tidak tidak ada sampah. Saya ingat betul 2 tahun yang lalu ketika pergi bersama kakak terminal ini jauh lebih bagus. Sayang kok tidak berbenah. Saya pergi ke kamar kecil dan sambil menahan nafas karena bau dan kotornya kamar kecil itu tetap saya berniat buang hajat.  Ketika giliran pacar yang pergi ke kamar kecil saya berpesan sambil mempersiapkan dirinya menghadapi kejutan joroknya toilet itu. Dia sangat tidak suka, apa boleh buat karena terpaksa. Perut juga lapar tapi saya tidak menangkap kesan yang nyaman di terminal tersebut  sehingga saya malas makan. Kios-kios pun belum banyak yang buka. 

Lantai yang belum disapu dan kursi yang tidak dicat kembali

Dulu di kotak ini ada televisi dengan siaran Yogya TV
Sekarang kosong melompong kotaknya :(

Semoga saja Terminal Giwangan segera dipercantik. Toilet terutama. Papan penunjuk arah juga lebih banyak ditempel sehingga memudahkan turis seperti saya. Semoga...

Apa yang terjadi selanjutnya? Berhasilkah saya menemukan bus jurusan Borobudur di Jumat pagi hari saat itu? Berasa sandiwara radio ya? Oke deh silakan dilanjut pada posting selanjutnya, tentang perjalanan menuju Borobudur.

Post a Comment

0 Comments

advertise