Jogja Kembali (Lagi) - Part 5

Jika Anda berkunjung ke Keraton Jogja, jangan lupa untuk merasakan santapan a la raja. Saya berkesempatan mencicipi nikmatnya hidangan para raja di Bale Raos.

Bale Raos adalah restoran yang terbuka untuk umum di bagian belakang Keraton. Jika Anda ingin mampir tanpa mengunjungi Kraton juga bisa, lewat jalan kecil, namanya aduh..lupa... yang jelas jalannya di samping Kraton.

Saya berkunjung kurang lebih pukul 10, jadi restoran ini masih sepi. Saya mengambil meja di dekat AC karena cuaca di luar luar biasa panas. Meja makan ditata cantik dengan nuansa kuning-hijau dan batik. Pelayan datang mengisi gelas dengan air putih, complimentary, kapan ya diisi jus buah gratis he he he. Saya sempat membaca sekilas beberapa menu serta penjelasannya. Di buku menu lengkap dituliskan penjelasan tentang tiap-tiap hidangan dan siapa yang menyukai menu tersebut. Penyukanya tentu saja mulai Hamengkubuwono, Sultan Jogja ke 8 sampai leluhur dan keturunannya.



Soal harga, tidak perlu khawatir, sangat terjangkau. Semahal satu paket nasi Mc.D lah. Tapi suasananya pasti berbeda dong, lebih ayem dan adem di Bale Raos ini. Di dinding restoran terdapat testimoni pengunjung lengkap dengan nama dan tanda tangannya. Umumnya mereka adalah pesohor dan pejabat di negeri ini. Ada juga pengunjung asing di sini. Mantab!




Setelah menunggu kurang lebih 20 menit, pesanan kami datang. Saya memesan Nasi Golong Set dan pacar memesan Nasi Traditional Set. Untuk minuman saya merekomendasikan pacar saya memesan Beer Djawa (non alkohol) dan saya memesan Jus Mangga (Mangga Juice bukan Mango Juice loh tulisannya :P )

Nasi Golong Set terdiri dari semangkuk sayur bening berisi bayam dan jagung muda dipipil. Di piring terdapat nasi 2 kepal kecil. Ada juga trancam isinya parutan kelapa bumbu yang diurap dengan cacahan kasar mentimun, kacang panjang, irisan tipis kol, tak daun kemangi yang rasa campurannya manis, sedikit pedas dan segar. Dua iris telur rebus dan Aayam bumbu merah. Saya kurang paham ini ayam bumbu bali atau ayanm bumbu bakar, yang jelas ayamnya empuk dan bukan ayam potong. Ayam kampung asli nikmat. Hidangan ini pas sekali dimakan saat makan siang atau cuaca terik  Enak..tapi saya sedikit menyesal karena menu saya menu "biasa" saja. Soal rasa sih enak sekali tapi isinya biasa saja. terlalu sederhana.





Menu pacar saya lebih "menarik" Menu nasi Traditional Set lebih terlihat seperti hidangan raja. Nasinya disajikan seperti kubah (tumpeng mini) dengan nas putih di bawah dan nasi merah di ujungnya. Nasionalis seklai kan? Dilengkapi dengan urap-urap, tampaknya sih daun singkong muda bercampur bumbu dan cabe merah dan hijau dilengkapi dengan kerupuk puli (istilah Jawa Tengahnya saya kurang paham, krupuk gender kalo tidak salah).  Untuk ulasan nasi dan urapnya saya hanya mengira-ngira karena saya tidak bisa mencicipi, ludes disantap pacar saya yang kelaparan. Ini baru hidangan nasi saja di piring karena masih ada nampan kedua berisi hidangan yang jauh lebih "ningrat" dibanding milik saya.



Di nampan kedua ada 2 piring kecil dan 1 mangkuk kecil. Di masing-masing piring ada tahu tempe bacem yang warnanya tidak terlalu coklat tetapi legit dan manis. Saya berkesempatan mencicipi hidangan ini karena saya minta dengan "paksa" pada pacar he he he. Piring kedua berisi ayam berbumbu seperti bumbu daging lapis dengan irisan tomat dan cabai merah segar. Dan mangkuk ketika diberikan pacar untuk saya. Ini mangkuk dengan hidangan terajaib yang pernah saya makan dan saya lihat. Sepintas mirip kolak, bukan sayur lodeh dan bukan juga kari. Kuahnya bersantan putih tapi di dalamnya ada bola daging. Jadi ini bakso versi Sultan. Kuahnya kuah santan guruh berbumbu enak. Bola dagingnya bertekstur bagus dan rasanya manis. Jogja banget ya..semua serba manis.


Untuk minumannya Beer Djawa luar biasa enaknya. Gabungan kayu secang, kayu manis, dan rempah lainnya menghasilkan minuman yang wujudnya persis seperti bir tetapi rasanya 1000x lebih enak daripada bir. Walaupun saya belum pernah minum bir saya jamin yang ini lebih enak, sehat, dan berkhasiat, Disajikan dingin nikmat sekali. Pacar sempaty meminta resepnya dan pelayan menjelaskan serta mencatatkan resepnya dengan senang hati, mungkin karena pacar bule jadi lebih mudah dapat fasilitas resep, he he. Sayang saya tidak mencatat ulang jadi saya tidak ingat lagi apa saja rempah-rempah yanbg digunakan dalam membuat Beer Djawa ini. Untuk minuman saya, jus mangga enak dan segar seperti jus mangga pada umumnya. Yang jelas lebih kental dan enak. Sepertinya enak memang menjadi kata kunci dalam tulisan tentang Bale Raos ini :)

Pencuci mulut dilanjut dengan menu Manuk Enom alias si Burung Muda. Ukurannya mini sekali, pantas harganya 7000 rupiah. Menyesal saya hanya memesan 1 porsi. Dibuat dari campuran tapai singkong dan agar-agar puding ini enak sekali. Saya bukan penggemar tapai singkong tetapi untuk Manuk Enom ada pengecualian pastinya. Lucunya untuk bagian sayap ditancapkan emping melinjo di masing-masing sisi. Pikir saya emping hanya hiasan, tetapi ketika saya gigit emping dan pudingnya...wah mak nyussss luar biasa kombinasi rasanya. Kok bisa ya? Pandai sekali koki pencipta puding ini.

Manuk Enom, si Burung Muda. Perut siapa tuh yang tambun? he he he

Intinya jangan lewatkan makan di Bale Raos. Very recommended. Tak sabar ingin ke Bale Raos lagi. Berapa uang yang saya habiskan untuk bersantap di sini? Cek nota yang saya tempelkan berikut ini, bukan bermaksud pamer tapi sekedar berbagi info :)

Nasi Traditional Set 40.000
Nasi golong 35.000
Beer Djawa 14.000
Jus Mangga 12.500
Manuk Enom 7.000

Pajak 10%
Pelayanan 4%

Total 125.000 puas jadi raja dan ratu sehari :)

Post a Comment

0 Comments

advertise