Berhari Minggu di Sitara


Akhir bulan lalu saya dan kakak perempuan saya menikmati hidangan India di Restoran Sitara. Setelah berbulan-bulan tertunda, akhirnya kami jadi berangkat menyambangi restoran ini. Sebelumnya saya sudah membaca review dari teman-teman blogger tentang Restoran Sitara. Kesimpulannya hanya dua, enak dan mahal. Penasaran saya membulatkan tekad harus merasakan masakan India di restoran ini, dan akhirnya hal itu terwujud.

Cantiuknya interior di dalam restoran
Sekitar jam 3 sore kami sampai di Sitara. Sebelumnya berbekal alamat yang kami dapat dari googling kami menemukan restroan ini letaknya di Jalan Adityawarman nomer 16. Saya sudah bingung di awal, di mana nomer 16 itu mengingat itu adalah nomer kecil dan nomer kecil biasanya di ujung jalan. Yang pasti dari Surabaya Town Square alias SUTOS sampai perempatan dekat lapangan Brawijaya tidak ada satu pun bangunan restoran. Kebetulan kami naik taxi karena sebelumnya kami bertemu di Tunjungan Plaza. Kami meminta sopir untuk berjalan lurus terus melewati perempatan pertama sesudah Kodam dan ternyata di kiri kanan hanyalah perumahan Angkatan Darat. Gawatnya nomor rumah semakin besar. Sopir sudah berniat kembali (tanpa saya suruh) sampai secara tidak sengaja saya menemukan papan neonbox besar bertuliskan Sitara. Ternyata Sitara berada di kompleksBrawijaya Golf  Driving Range.

Masuk dari pintu gerbang masih belum terlihat bangunan restoran. Setelah melewati pos karcis parkir tengok sebelah kiri dan voila! di sisi kiri restoran ini berada. Sangat ekslusif dibanding lingkungan sekitarnya yang sepi dan biasa saja. Seorang pelayan dengan sigap membukakan pintu dan kami berdua masuk ke dalam. Dengan dua patung kecil Ganesha  dan air mancur di pintu masuk serta nama restoran yang sangat India, saya sudah merasakan atmosfir “dunia lain”. Benar saja ketika kaki melangkah saya seperti berada di ruangan mewah maharajá.

Kamasutra?
Bau wewangian khas India yang menusuk lembut membuai saya dan membuat saya teringat Ranchoddas Chanchad dari 3 Idiots. Alunan musik India yang merdu juga semakin membuat saya berada di “dunia lain”. Saya dan kakak mengambil tempat di tengah-tengah (harusnya tepat di sebelah jendela menghadap lapangan golf). Ada meja ukuran jumbo untuk kurang lebih 10 orang, meja ukuran biasa seperti yang saya tempati untuk 4 orang dan ada juga meja untuk para pasangan. Suasananya redup temaram. Jika Anda ingin suasana yang lebih nyaman ada juga bilik khusus dengan sofá lebar besar berkarpet. Di dindingnya ada lukisan Kamasutra (saya rasa begitu karena ada gambar sepasang pria dan wanita berdekatan secara fisik, entah bagaimana menggambarkannya).

Buku menú tebal berisi kurang lebih 20 halaman berisi nama menú yang asing bagi saya, kecuali beberapa makanan seperti roti pita dan chicken tandoori. Menu makanannya lengkap dari hidangan pembuka sampai penutup. Dari kari sampai sup. Dari hidangan carnívora alias daging-dagingan sampai khusus vegetarian. Kakak menyarankan tidak memilih hidangan vegetarian mengingat kami beberapa kali sudah makan di restoran vegetarian. Akhirnya menú jatuh kepada Chicken Samoosa (IDR 35,000) sebagai cemilan pembuka. Dilanjutkan dengan Lamb Harajee (IDR 65,000) yang kami santap dengan Tandoori Roti (IDR 15,000). Untuk minuman kami memesan lemon tea (IDR 10,000) plus sebagai penutup saya memesan Mango Lassi ( IDR 25,000).


Buku menu

Sambal India
Sebelum hidangan datang pelayan memperrsiapkan meja dan meletakkan 1 set cawan, yang berisi  4 cawan dengan macam-macam sambal. Ada sambal yang warnanya hijau, rasanya sangat berempah dan cenderung asin. Sambal kedua yang warnanya kecoklatan, dari warnanya sudah bisa menjelaskan rasanya, sangat kuat rempah-rempahnya. Yang ini sedikit memusingkan.  Sambal yang ketiga, diberi label “HOT” adalah sambal yang pedasnya biasa saja bagi saya. Saya pikir lebih ekstrim lagi pedasnya. Dan cawan terakhir berisi bawah merah bulat ukuran tanggung. Mungkin jika kita makan dengan mentimun mentah di India orang makan dengan mengunyah bawang. Saya tidak mencoba  makan hidangan dengan bawang.

Sambil menunggu saya melihat interior bangunan yang cantik ini. Pemiliknya asli orang India, dan pelayan wanitanya berbusana a la India dengan selendang yang dililitkan di leher. Lagu yang diputar mendayu-dayu membuat saya ingin berlama-lama di tempat ini. Tapi bau wewangiannya cukup memusingkan. Ada juga bar di restoran ini. Wah wah…bagi yang biasa minum Sitara tempat yang pas. Suasananya tenang dan romantis.

Bar di Sitara


Ketika saya datang hanya ada 2 pengunjung lain yang sedang menikmati hidangan. Saat hidangan belum datang dan saya ingin ke kamar kecil, ada cerita lain lagi. Kamar kecilnya cantik sekali. Di pintu dipasang gambar laki-laki dan wanita (untuk masing-masing pintu toilet) yang berdandan a la colonial Inggris. Sedangkan tepat di dinding (jelas terlihat begitu masuk ruangan) terdapat gambar laki-laki India untuk kamar kecil laki-laki dan gambar perempuan India untuk sebaliknya. Bilik toilet sangat bersih dan di wastafel diletakkan nampan kecil dengan rajangan daun pandan plus wewangian khas India. Cantik! Bahkan toilet pun membuat orang betah J

Hidangan pertama datang, Chicken Samoosa. Piringnya kecil, samoosa-nya pun kecil-kecil. Sepiring hanya 4 samoosa. Samoosa ini seperti pangsit goreng tapi isinya cacahan ayam yang diolah dengan rempah-rempah yang khas. Susah bagi saya untuk menggambarkan. Dihidangkan panas-panas langsung dari wajan alias fresh from the cooking pan saya makan dengan dicocolkan ke aneka sambal. Pilihan saya yang paling enak sambal hijau. Sebagai kudapan cukuplah, tapi untuk perut yang lapar saya berharap paling tidak ukurannya lebih besar.


Untuk ukurannya silakan dibayangkan, sendok di gambar adalah pembandingnya

Hidangan kedua, Tandoori Roti saya santap dengan Lamb Harajee. Lamb Harajee ini tampilannya sungguh tidak enak dipandang. Saus kental hjau tua-nya seperti dibuat dari tumbukan aneka dedaunan. Yang jelas saya merasakan rasa cilantro alias daun ketumbar yang kuat. Saya tidak menambahkan sambal hijau karena rasanya mirip. Kali ini yang pas adalah sambal extra hot yang tidak pedas itu. Daging kambingnya lembut sekali dan tidak berbau kambing. Rasanya juga enak, sekali lai porsinya terlalu kecil L

Lamb Harajee, daging kambing empuk yang berbumbu tumbukan "hijau-hijauan"

Pita Roti

Mango Lassi
Untuk hidangan penutup, Lassi ada beberapa macam. saya memilih yang mangga karena saya dengar mangga di India paling top sedunia. Ketika Lassi datang, saya mencium bau kuat mangga. Sudah saya duga mangga yang dgunakan adalah mangga kweni yang memang kuat aromanya. Minuman ini seperti milkshake mangga kweni. Enak sih tetapi tidak istimewa, tidak terasa sensasi India-nya. Cukup menyesal saya memesannya.







Kesimpulannya, makan di Restoran Sitara ini:
Tempatnya asyik dan indah sangat autentik Indianya.
Harganya cukup mahal (untuk porsi yang kecil), jadi bawa uang yang banyak.
Sabar menunggu hidangan karena tiap hidangan dibuat langsung ketika dipesan jadi harus ekstra sabar. Duduk di tengah-tengah restoran cukup panas, mungkin karena saat itu tidak semua AC dinyalakan.
Bagi yang tidak suka rempah-rempah dan wewangian India hindari tempat ini. Silakan pesan dan langsung bawa pulang J

Selamat mencoba!!




    Post a Comment

    0 Comments

    advertise