Freedom!!



Kebebasan, kata ini sering sudah saya dengar di mana-mana. Terutama menjelang hari kemerdekaan Indonesia, kata merdeka, bebas dan sejenisnya menjadi slogan di sana sini. Sungguh maknanya baru saya rasakan beberapa hari teralhir ini. Bahkan saya merasa saya telah dihinggapi sindrom gagap-kebebasan (terminology yang saya buat sendiri)

Ceritanya saya baru saja menyelesaikan studi S2 saya. Akhir bulan depan saya akan diwisuda. Rasanya senang bukan kepalang. Mungkin senang kurang pas, yang lebih pas lega. Lega karena saya terbebas dari beban berat bernama “tesis”. Saya benar-benar tertatih-tatih untuk menyelesaikan tugas akhir saya. Faktor kemalasan dan kesibukan benar-benar sulit saya tandingi, belum lagi masalah kinerja otak yang kecepatannya tak lebih dari 10 Mbps 

pic:kiagarriques.com
Saat mengikuti perkuliahan bisa dibilang saya termasuk mahasiswa yang tidak bermasalah. Nilai saya lumayan, presentasi lancar, segala tugas terpenuhi. Jauh menjelang pengerjaan penelitian tugas akhir dimulai saya sudah mulai mengumpulkan bahan untuk penelitian. Jadi sebenarnya saya tidak malas. Berkaca dari lamanya pengerjaan skripsi di S1 saya tidak mau jatuh di lembah yang sama kedua kalinya.

Toh Tuhan berkehendak lain. Topik tesis yang menurut saya sangat menarik dan berhasil saya pertahankan di mata kuliah seminar mental di tangan dosen pembimbing saya. Dosen pembimbing saya nan baik hati, sama seperti dosen pembimbing skripsi saya menyarankan topik lain. Entah mengapa ahirnya saya berbelit-belit mencari topik yang pas. Mungkin ketika beberapa teman seangkatan saya akan lulus saya baru menemukan topic tesis yang pas.

Singkat kata saya molor mungkin hampir 3 semester. 1 semester di program S2 hanya 4 bulan. Total waktu belajar yang harus saya tempuh sebenarnya hanya 16 bulan (4 semester) termasuk pengerjaan tesis mungkin tinggal ditambah 6-8 bulan maksimal. Nyatanya saya mengerjakan lebih dari tenggat waktu itu. Intinya sudah setahun outline tesis mangkrak. Ada saja hal yang saya kerjakan di tempat kerja termasuk kemudian masalah kesehatan ayah saya yang cukup menguras energi dan finansial. Hal ini terus berjalan sampai akhirnya saya berhasil menyelesaikan bab 1 – 3 untuk kemudian saya pertahankan di depan penguji saat ujian proposal tesis.  

Setelah proposal saya selesaikan rasa malas kembali datang dan saya menghabiskan hampir 3 bulan tanpa perubahan berarti pada draft tesis saya. Pihak universitas sangat membantu saya karena saya dan teman-teman lain yang bisa mengumpukkan draft tesis siap uji pada tanggal 31 Juli 2013 akan mendapatkan pemutihan denda kuliah, alias tidak perlu membayar denda keterlambatan studi. 

Dengan susah payah akhirnya tesis siap uji selesai tepat tanggal 31 Juli. Saya mengajukan tanggal 30 Agustus untuk pelaksanaan ujian. Akhirnya saya diuji pada tanggal 28 Agustus (jika tidak salah ingat). Dag dig dug jantung berdebar tidak karuan. Saat ujian tiba, saat itu hari Jumat, ujian dimulai pukul 8:20 pagi. Hampir 1 jam saya mempertahankan tesis saya, tidak heran namanya thesis defence. Saya kurang puas dengan hasilnya. Saya bisa menjawab beberapa pertanyaan tapi inti dari permasalahan yang saya kemukakan secara tertulis di tesis saya kurang tersampaikan dengan baik. 

Hampir 1 jam saya menunggu hasil siding tersebut. Saya diluluskan dengan revisi, judul harus dirubah dan research questions pun harus saya ganti. Untungnya semua data saya bisa terpakai. Dengan perubahan dan polesan sana-sini sebenarnya saya bisa menangkap gambaran yang lebih jelas tentang tesis saya.

Revisi diberikan dalam jangka waktu 25 hari. Tetap saja saya molor dari jadwal yang diberikan. Duh…rasanya berat sekali. Bagaimanapun saya harus mengumpulkan tenaga dan memperbaiki lagi tesis saya. Setelah usaha menemui dosen A, B, dan C dan berputar-putar dari kampus gedung satu ke gedung lain yang berbeda kecamatan itu, akhirnya saya menemui kepala jurusan. Toh masih saja saya harus menemui beliau sampai 3x sebelum akhirnya saya mendapatkan persetujuan beliau akan tesis saya.

Kebebasan..ya…setelah saya melalui semua proses ini semua, saya bisa merasakan betapa berartinya kebebasan itu. Kebebasan dari tesis! Pulang kerja tidak perlu lagi memaksakan diri membaca atau menengok barang sekilas file tesis di laptop saya; tidak perlu lagi meracun diri dengan minum Nescafe kaleng agar kantuk tidak menyerang dan saya bisa melek sampai pagi; tidak perlu lagi was-was kehabisan waktu nonton film Korea favorit saya; menyanyikan lagu boyband favorit saya tanpa perlu khawatir tidur larut malam; oh…kebebasan sungguh tak ternilai harganya.

Untuk bisa bebas merdeka tidak mudah. Perlu kerja keras, itu saya setuju. Jika Anda ingin bebas dari tekanan bos di tempat kerja, mungkin waktunya Anda mulai wirausaha. Kumpul modal, nyali dan kegigihan. Jika Anda ingin bebas mengencani pujaan hati, nikahilah yang bersangkutan. Tidak ada yang akan heboh mengomentari Anda berduaan dengan pasangan lagi. Jika ingin bebas dari siksaan naik angkot, mulailah membeli kendaraan pribadi, belaja mengemudikannya. Betul kan..semuanya poerlu proses dan kerja keras?

Alhamdulillah satu kebebasan lagi yang saya raih. Sungguh senang..sekarang saya pun bebas menuliskan buah pikiran saya di blog ini lagi. Saya bebas menggunakan waktu luang saya untuk benar-benar “menikmati” hidup J



Post a Comment

0 Comments

advertise