Museum Mpu Tantular Si Harta Tersembunyi

Apakah museum itu? Dulu ketika saya bersekolah jawaban atas pertanyaan ini sangat mudah, "tempat untuk menyimpan barang-barang kuno". Nah dari definisi sederhana inilah akhirnya terbentuk pemikiran awal saya bahwa museum isinya barang dari jaman prasejaah sampai sejarah yang disimpan di dalam kaca dan dipamerkan. Padahal museum bukan sekedar ruang pamer penyimpanan barang kuno loh. Menurut Edaward Potter Alexander dan Mary Alexander dalam buku  Museum in motion:an introduction to the history and functions of museums yang dikutip oleh Wikipedia, museum adalah institusi yang tugasnya merawat, menjaga (mengkonservasi) koleksi artefak dan objek / benda ilmiah, artistik (benda seni), objek yang bernilai budaya, atau yang bernilai historis untuk dipertontonkan kepada masyarakat melalui sebuah pameran baik yang sifatnya tetap atau sementara (1). Sedangkan menurut International Council of Museum - ICOM (Dewan Museum International), definisi museum telah mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan zaman.  Berdasarkan Statuta ICOM, yang ditetapkan di Konferensi Umum tahun 2007 di Wina, Austria museum didefinisikan sebagai sebuah institusi nirlaba yang sifatnya permanen yang tugasnya melayani masyarakat dan perkembangannya; dibuka untuk umum; yang memperoleh, mengkonservasi, meneliti, mengkomunikasikan, dan memamerkan warisan manusia dan lingkungannya baik yang terlihat dan tidak terlihat untuk tujuan pendidikan, studi, dan hiburan (2).

Definisi yang saya kutip di atas menunjukkan bahwa museum bukan sekedar tempat untuk menyimpan artefak kuno, tetapi barang-barang modern pun juga bisa menjadi koleksi museum. Jadi kesan bahwa museum berisi barang kuno jelas salah, karena tidak semuanya begitu. Yang paling penting adalah bahwa museum sifatnya nirlaba, tidak dikomersilkan. Karenanya kebanyakan masuk museum gratis, kalaupun berbayar pasti tidak mahal. Di Museum Mpu Tantular yang saya kunjungi tarif masuknya Rp. 4000. per orang. Murah bukan? Ini tarif dewasa, tarif anak-anak Rp. 3000 per anak.

Saya sudah lama ingin mengunjungi Museum Mpu Tantular. Setelah lebih dari 10 tahun tinggal di Surabaya akhirnya bisa juga mengnjungi museum ini di Sidoarjo. Lho? Iya, dulunya museum ini letaknya di Surabaya dekat dengan Kebun Binatang Surabaya. Kemudian berpindah lokasi ke Kecamatan Buduran, Sidoarjo di tahun 2004. Bangunan bekas museum di Surabaya yang merupakan bangunan cagar budaya sekarang menjadi Perpustakaan Bank Indonesia. Sayang museum pindah ke lokasi yang "tersembunyi" di bawah jembatan layang Buduran, padahal dulunya di Surabaya lokasinya sangat terlihat di gedung kuno yang cantik. Lahan Museum Mpu Tantular di Sidoarjo memang lebih luas, rupanya pengelola museum membutuhkan area untuk pagelaran yang sering dipertontonkan secara gratis. Saya rasa tujuan utamanya untuk mengajak masyarakat lebih mengenal budaya dan cinta museum. Sayang, dari jalan utama museum ini tidak terlihat. Jika tidak ada papan penunjuk jalan pasti masyarakat luar Sidoarjo tidak tahu. Inilah mengapa saya sebut museum ini sebagai harta yang tersembunyi. Nilai budaya yang terkandung dalam benda koleksinya sangat agung tapi tersembunyi di bawah jembatan layang dan berada di tepi jalan kecil yang tidak ramai dilintasi orang.


Area museum
Saya berkunjung di hari Selasa. Untung tidak datang di hari Senin karena museum tutup di hari itu. Senangnya museum buka di hari Minggu. Dulu seingat saya ketika berkunjung ke Museum Trowulan di hari Minggu museum tutup. Dari depan gerbang kita membeli tiket. Baiknya ada semacam buklet gratis yang dibagikan pada pengunjung tentang penjelasan museum dan koleksi unggulannya, sama seperti ketika saya mengunjungi Kebun Raya Purwodadi. Dari bagian depan saya dan teman agak bingung mencari lokasi parkir dan yang jelas dari tempat parkir yang sunyi sepi itu saya bingung museumnya di mana karena ada beberapa bangunan dan denah lokasi ada sebelum tempat parkir mobil. Di dekat lokasi parkir ada gedung pamer tuna netra. Keren ya? Selanjutnya, berjalan dari parkiran saya masuk ke gedung dengan banyak arca berjajar. Saya mengambil foto beberapa arca ini. Ternyata saya masuk dari sisi samping museum he he.



Benda-benda koleksi museum tersusun berdasarkan zaman. Andai saya masuk dari pintu yang tepat dan berjalan sesuai arah maka saya bisa melihat koleksi dari zaman purba sampai masa perjuangan kemerdekaan (jaman kolonial). karena saya masuk dari pintu samping maka secara acak saya melihat koleksi. Untuk pertama kalinya saya melihat fosil gading gajah purba, mammoth mungkin ya namanya. Saya lupa secara pasti apa nama hewannya. Ada juga beberapa batu berharga yang masih berupa bongkahan. Koleksi arca dan prasasti banyak sekali dan favorit saya sebenarnya koleksi kitab bertuliskan aksara Jawadi lembaran daun lontar . Wow..menakjubkan bagaimana sejarah suatu negeri ditulis kecil-kecil di lembaran daun. Sedangkan koleksi modern masuk ke era awal tahun 1800-an. Ada koleksi telepon meja juga dan yang manrik ada simphonion. Bentuknya seperti jam kayu berdiri yang besar, tapi sebenarnya Simphonion adalah kotak musik buatan Jerman, dibuat di abad 18. Cara kerjanya bisa Anda baca di museum he he. Koleksi mata uang yang dipakai di republik tercinta ini juga ada.

Pintu samping ruang pamer utama. Berteralis rapat.
Prasasti bertuliskan aksara kuno. Seperti membaca kode Bangsa Decepticon di Transformer he he.

Gedung lain di kawasan museum. Dinamakan Von Faber untuk menghormati pendiri museum.
Bapak Von faber

Hiasan Garudaya
Tahukah Anda apa koleksi paling menakjubkan yang belum pernah saya lihat di museum lain? Di tengah bangunan utama museum ada brankas raksasa berjeruji. Ya benar, pintu brankas sangat besar dan sengaja dibuka agar pengunjung bisa melihat isi brankas. Tentunya ada jeruji yang mengamankan segala isi di dalam brankas. Jadi kita cuma bisa melongok saja bukan masuk ke dalam brankas. Brankasnya berukuran sekitar 5 x 7 m mungkin, isinya? Perhiasan! Ya benar, perhiasan jaman kerajaan. Ada banyak sekali kalung dan gelang dari emas, perak, dan logam berharga lainnya yang disimpan di dalam kotak kaca di dalam brankas. Yang paling wow, adalah hiasan dada garudeya. Objek ini ditemukan saudara Seger pada tahun 1989, di Desa Plaosan, Kec. Wates, Kab. Kediri. Hiasan ini dibuat dari emas 22 karat dengan berat keseluruhan 1.163.09 gram. Dilihat dari reliefnya, kemungkinan hiasan ini merupakan peninggalan dari abad XII-XIII M. Benda ini merupakan cindera mata dari Raja Siam kepada Raja Airlangga (3). Hm...bayangkan berapa nilai barang ini? Mungkin setara 20 mobil Ferrari?

Di bagian paling depan museum ada 5 arca Budha yang menghadap ke 4 penjuru mata angin dan 1 arca di tengah saya lupa apa fungsinya. Dan di bagian depan pula saya membaca tulisan dilarang mengambil gambar di dalam museum he he. Karena saya masuk dari pintu yang berbeda saya tidak membaca larangan ini. Jadi di posting saya yang saya masukkan adalah gambar-gambar yang saya ambil di luar bangunan museum (semoga posting saya tidak kena cekal). Gambar lain saya peroleh dari website resmi Museum Mpu Tantular.

Secara keseluruhan saya kurang puas karena koleksi tiap zaman kurang banyak. Mungkin karena tidak mengkhususkan diri pada satu koleksi dan satu zaman maka tidak banyak barangnya. Untuk ukuran museum provinsi saya mengharapkan koleksi yang lebih banyak, harapan saya sih. Koleksi batu berharga misalnya, seingat saya hanya satu etalase dengan kurang dari 10 jenis batuan. Paling tidak separo jumlah koleksi di ruang pamer batu berharga objeck wisata Goa Maharani ada di Museum Mpu Tantular.  Koleksi batik juga tidak banyak. Padahal jenis batik di Jawa Timur luar biasa banyaknya. Mungkin bisa jadi satu lantai museum khusus untuk batik dan bertingkat di lantai lain koleksi lain. Demikian halnya dengan koleksi zaman kerajaan. Saya puas ketika berkunjung ke Museum Trowulan, koleksi arca, prasasti dan lainnya banyak sekali, sebaliknya di Museum Mpu Tantular saya melihat sedikit benda koleksi di zaman ini.

Semoga koleksi bisa bertambah. Tentunya dana yang dibutuhkan untuk proses eskavasi dan konservasinya tidak murah. Saya yakin masih banyak benda purba dan bersejarah lainnya di tangan kolektor yang mudah-mudahan bisa menjadi milik pemerintah kembali dan dipamerkan di museum-museum. Warisan budaya sunguh tak ternilai jika memang tidak ada keseriusan dan niat dari pemerintah saya rasa museum dan koleksinya kurang berkembang.

Cerita pendiri museum
Bolehlah kiranya Anda berwisata ke Museum Mpu Tantular. Melihat sejarah bangsa dan menikmati keagungan hasil budaya masyarakat Indonesia dan dunia tempo dulu. Sebagai orang modern saya terkesima dengan kerja keras pembuat prasasti, bukti pencatatan masa lalu. Di masa sekarang saja orang menulis di buku harian sudah langka, padahal itu juga suatu catatan sejarah kehidupan. Bukan begitu? Dan blog ini juga jadi catatan sejarah saya, bukan di atas batu karena ini era baru. Selamat berkunjung di Museum Mpu Tantular :)

Sumber:
1. http://en.wikipedia.org/wiki/Museum
2. http://icom.museum/the-organisation
3. http://www.museum-mputantular.com





Post a Comment

0 Comments

advertise