Soto Mata, Nikmat Tak Terkira

Nama makanan yang akan saya ceritakan ini memang unik, Soto Mata alias Somat. Lumayan seram ya namanya, mata! Ya yang dipakai memang mata sapi dan saya termasuk yang kurang bernyali untuk mencicipi kuah soto dengan mata sapi mengapung di atasnya. Saya memilih makan soto mata tanpa mata :)

Warung soto mata ini adalah salah satu yang ppopuler di kota Bangkalan, Madura. Jika Anda ingin melihat indahnya Jembatan Suramadu sudilah kiranya melaju terus ke arah barat memasuki kota Bangkalan. Setelah menemui minimarket Indomaret di kiri jalan Anda perlu melaju lurus lagi dan tidak jauh akan ditemui Depot Anda. Tepat di seberangnya ada jalan kecil (gang) dan Anda tinggal masuk saja mengikuti jalan kampung dan di tengah-tengah rumah penduduk akan Anda temui rumah sederhana seorang warga dengan tiga kursi anyaman bambu lebar tanpa meja. Inilah warung Somat.

Warung Somat
Jika Anda bingung dengan arahan saya maka tinggal tanyakan pada warga sekitar lokasi Somat di kampung Burneh ini. Tidak ada penanda di pinggir jalan dan saya pun terkejut karena bayangan saya tentang warung soto dengan bangunan warung permanen yang dikunjungi puluhan pengunjung ternyata salah besar. Warungnya bersahaja, tidak kelihatan "serius" seperti warung makan lainnya, bahkan tidak ada papan nama warung. Saya seperti berkunjung ke rumah tetangga dan ikut makan di sana. Selain itu, tidak ada kursi dan meja layaknya warung makan pada umumnya. Yang ada meja penjual dan kursi lebar anyaman bambu tempat pengunjung duduk bersila sambil makan. Justru inilah menurut saya kesan menarik yang saya dapatkan. Saya merasa nyaman dan makan lebih santai. Serasa makan di depan rumah tetangga dihembus sepoi angin pagi diiringi celotehan suara itik dan entog yang hilir mudik.

Penjual akan mengajukan pertanyaan dasar bagi Anda,"Matanya utuh atau diiris?" Kontan saya dan teman-teman yang baru pertama datang berseru histeris sambil tertawa. Wah...wah...seram nian ha ha. Jika Anda merasa mata sapi dalam kuah sotyo terlalu ekstrim, maka Anda bisa memilih level di bawahnya yaitu soto dengan usus sapi, jika itupun masih ekstrim bisa memilih soto daging biasa. Soto ini disajikan dengan topak. Topak seperti lontong tapi tidak dibungkus dengan daun pisang melainkan daun kelapa. Ya, topak adalah ketupat dalam Bahasa Madura. Setelah topak disajikan maka giliran soto datang.

Topak
Soto ini berbeda dengan soto di Jawa timur pada umumnya. Kuah soto coklat kemerahan tapi encer, potongan daging besar ditambah kecambah rebus di dalamnya. Ada juga taburan jagung goreng (marning), kacang goreng, dan daun bawang. Rasanya? Nikmat dan segar. Saya teringat Sup Konro, mirip-mirip tapi Sup Konro lebih berempah. Hal lain yang unik adalah sambal pelengkap bukanlah sambal uleg cabai melainkan sambal kacang yang warnanya kecoklatan seperti ditambah petis. Hebatnya rasanya masuk merasuk klop dengan kuah soto.

Somat dan Topak


Makan bersama, si kecil yang lebih "bernyali"
 makan mata sapi dariapda saya he he
Walaupun saat saya berkunjung sekitar pukul 9 pagi rombongan saya adalah satu-satunya yang makan tapi jangan salah, seringkali sebelum pukul 12 siang soto sudah ludes terjual. Semakin pagi semakin baik apalagi jika Anda berkenan membantu penjual menata dagangan mungkin ada ekstra semangkuk somat untuk Anda ha ha. Saya sangat merekomendasikan Somat ini yang mungkin belum banyak dikenal dibanding Bebek Sinjay yang antriannya luar biasa gila! Selamat berwisata kuliner.

Post a Comment

1 Comments

advertise