Ke Jakarta Aku Datang, Taeyang! (Bagian ketiga)

“Berbulan-bulan menanti, berhari-hari teracuni, berjam-jam duduk dan berdiri, dua jam menari, sebulan kemudian terdokumentasi.”

Hai, Anda berada di posting ketiga saya tentang konser Taeyang di Jakarta. Ini cerita saya dari Surabaya menuju ke Jakarta. Tepat sebelum konser Taeyang saya harus lembur dan benar-benar bekerja ekstra keras. Ada pekerjaan penting yang harus selesai sebelum hari Jumat. Konser di hari Sabtu dan di hari Kamis dari pagi sampai malam saya masih harus pergi ke sana kemari mengurus pekerjaan dan hal lain.

Oh ya ada yang saya lupa ceritakan, sekiranya di Jakarta saya akan bertemu teman baik saya. Saya sudah memberitahukan kepadanya tentang rencana kedatangan saya. Dan karena tidak ada kabar berita darinya menjelang konser saya memberanikan diri untuk bertanya kembali. Dulu dia dan pacarnya yang membantu saya di Jakarta ketika saya nonton pertandingan amal sepakbola tim Park Ji Sung dan Running Man melawan tim Indonesia all stars. Karena murid saya yang akan ikut tidak mungkin saya tinggalkan seorang diri ketika saya nonton konser jadi saya harus mencari “baby sitter” untuknya haha.

Baru saya tahu kemudian bahwa teman baik saya ini sedang ada masalah dengan pacarnya (sekarang mantan pacar). Dia patah hati. Waduh..”tepat sekali” momennya. Saya cemas dan sangat berharap paling tidak dia bisa meluangkan waktu untuk menemani mantan murid saya. Untungnya dia bersedia.

H-1 saya baru menyiapkan apa yang saya bawa. Saya hanya membawa tas jinjing dan tas kecil yang saya masukkan di dalamnya. Saya hanya akan membawa sling bag yang mini berisi crown stick dan beberapa hal kecil saja. Saya ingin jingkrak-jingkrak dengan bebas di konser. Tas jinjing akan dibawa Dewi, si mantan murid itu. Sekitar pukul 19:00 kami meninggalkan rumah dan bertaxi menuju stasiun Pasar Turi. Kereta akan berangkat pukul 20:45. Kami tiba pukul 19:40 dan masih punya banyak waktu. Jadi saya memutuskan untuk mengisi perut. Saya harus makan sebanyak mungkin karena keesokan harinya hal besar yang melelahkan menunggu.

Saya membawa banyak buah untuk bekal di kereta karena saya tidak suka roti dan saya makan mi instan sebelum kereta berangkat. Hebatnya kereta udah masuk di stasiun pukul 20:00 ketika saya melahap mi instan panas saya. Dengan sedikit tergopoh karena pikiran mulai kurang konsentrasi saking inginnya sampai, saya menghabiskan mi segera dan masuk stasiun. Setelah mencari gerbong, saya duduk manis dan Dewi mulai jeprat-jepret di dalam stasiun. Ini adalah perjalanan panjangnya dengan kereta api.

Saya dan Dewi (berjaket merah) di dalam KA Ekonomi AC Kertajaya

Kereta api ekonomi AC Kertajaya yang nyaman berjalan pasti sampai Stasiun Pasar Senen Jakarta dan berhenti banyak sekali di stasiun-stasiun. Padalah seingat saya pada perjalanan dengan kereta api yang sama arah sebaliknya kereta sangat jarang berhenti. Nah inilah perjalanan selama hampir 11 jam yang membuat saya duduk lama sekali.  Lamanya saya duduk ini akan diganjar habis dengan lama berdiri di konser J

Saya tiba di Stasiun Pasar Senen sekitar pukul 07:45. Mengisi perut di warung sekitar Stasiun yang nasi dan harganya sangat amat mengecewakan. Tapi penjualnya ramah sekali.

Oh ya masalah lain yang saya punya selain jatuhnya Air Asia, teman baik saya yang patah hati, adalah banjir Jakarta. Saya sempat khawatir jalan menuju stadion akan terganggu. Cuaca juga mendung romantic di pagi hari. Wah… saya hanya bisa berharap dan berdoa semuanya lancar. Karena saya takut jalanan akan macet maka saya memutuskan untuk naik Bianglala AC 44 jurusan Ciledug – Blok M yang dulu juga saya naiki tapi dari arah Ciledug ke kota.

Pergi ke stadion Senayan dari Stasiun Pasar Senen mudah sekali. Tinggal keluar stasiun dan menunggu Bus AC ini datang. Saya sangat beruntung belum sampai 3 menit bus datang dan saya naik langsung ke bus setelah titip pesan pada kenek untuk diturunkan di Senayan. Tarifnya Cuma naik 500 rupiah dari 6 bulan yang lalu saya terakhir naik. Dari 7000 rupiah ke 7500 rupiah. Saya memantau GPS untuk tahu seberapa jauh saya akan turun. Kami melewati banyak tempat penting di kota. Sampai lewat Istana Negara dan juga sisi Monas. Dewi bisa puas melihat kiri-kanan walaupun jendela bus tertutup stiker besar. Sampai sekiranya mendekati Senayan sesuai GPS saya minta Dewi untuk berdiri dan kami berdua mendekati pintu keluar.

Nah ini masalahnya, kondektur bertanya sesuatu yang saya kurang dengar dengan jelas. Dewi mengiyakan, dia turun, saya ragu tapi tetap turun. Dan tahukah Anda kami turun di mana? Di Kampus UNIKA Atma Jaya. What??? Loh masih jauh. Oh my god. Dari peta GPS sih tampak dekat tapi setelah dilihat di sisi jalan raya dengan jembatan penyeberangan dan jembatan menuju halte tunggu busway yang malang melintang itu saya puyeng juga!

Tapi, ketika “tersesat” yang penting tenangkan diri dan berjalan saja. Saya berjalan sambal menengok haru smengambil arah mana. Yang jelas harus jalan lurus tapi ke cabang jalan seberang. Masalahnya terpisah gedung tinggi dan tidak mungkin diseberangi. Jadi setelah jalan sana sini, naik turun jembatan penyeberangan sambal bertanya, karena saya tidak melihat papan jalan ynag menunjukkan arah Senayan, kami sampai juga di Senayan. Kami berjalan kurang lebih 30 menit berpeluh dan saya sedikit mengomel tapi tak berdaya. Dewi juga merasa bersalah tapi tetap santai bahagia. Ah…pengalaman, jalan pagi di Jakarta.

Sampai di kompleks Senayan yang sama dengan yang saya kunjungi 6 bulan yang lalu saya bertanya di mana Tennis Indoor Senayan, jawaban Pak Satpamnya, “Wah jauh banget Mbak. Jalan lurus ke arah pintu keluar belok kanan lurus terus. Di pojokan hampir jalan habis nanti belok kanan masuk.” Baiklah, saya akan berjalan lagi di tempat yang “jauh banget” itu. Saya mengabaikan tukang ojek yang menawarkan jasa. Saya sudah pernah jalan 2,5 kali dari Taman Bungkul sampai Pelabuhan Kalimas Surabaya yang jaraknya kurang lebih 30 km itu jadi jarak yang bapak satpam bilang “jauh banget” itu pasti hanyalah jarak yang “masuk akal”. Dan…ya jauh juga ha ha. Kami berjalan sekitar 20 menit. Dewi ingin sekali berfoto-foto dan saya ingin segera sampai. Maaf Dewi, saya yang berkuasa ha ha. Akhirnya kami sampai juga.

Begitu saya melihat umbul-umbul a.k.a banner Taeyang RISE Solo Concert Jakarta 2015 langsung saya semangat. Oke..kita sudah sampai. Tennis Indoor belum terlihat. Masih terlihat parkiran mobil yang belum banyak. Di banner tertulis bahwa open gate jam 17:30 dan soundcheck pukul 15:30. Apa? Masih menunggu 6 jam lagi? Well… itu resikonya datang langsung dari stadion ha ha. Dewi sudah lemas tak bertenaga karena dia masih lapar, ingin melarikan diri menikmati keindahan Jakarta dan saya sibuk observasi keadaan sekitar.

Tennis Indoor Senayan itu, gedungnya, jelek. Tidak bagus. Oh saying sekali. Paling tidak warnanya lebih cerah dan terlihat seperti venue konser internasional lah. Saya melihat booth penjualan tiket. Saya menghampiri dan melihat sosok yang sepertinya saya kenal. Ya, ada Tike Priatnakusumah si selebriti itu yang juga membantu promotor. Sempat berniat ingin minta foto bareng tapi..ah sudahlah batal saja. Saya menukarkan bukti pembelian tiket plus surat kuasa plus KTP bos plus kartu kredit bos. Kemudian ditukar dengan tiket asli. Dan kemudian saya masih membeli lagi tiket fast track yang dijanjikan promotor akan bisa masuk lebih cpeat 30 menit. Harga tiketnya 300 ribu. Dengan harapan masuk lebih awal berarti pandangan lebih jelas, saya beli juga tiket fast track itu.
Fan yang datang saat itu tidak teralu banyak. Sebenarnya sampai siang hari sekitar pukul 2 siang tidak terlalu banyak fans yang datang. Pantas saja promotor mengeluh sepi. Saya kira akan membludak banjir penonton.



Tiket Konser
Ticket box


Saya duduk menunggu bersama Dewi di dekat kerumunan penjual. Banyak sekali souvenir yang ditawarkan. Menarik! Ingin beli tapi tahan dompet. Penjual di sebelah saya mengeluhkan betapa sepinya konser ini dibandingkan konser K-pop artis macam Super Junior dan EXO yang pernah datang dan dipenuhi anak-anak SMA ABG yang kabarnya lebih royal daripada penggemar Taeyang yang sudah dewasa dan tidak asal jajan ini he he. Ada juga cerita dari penjual yang menceritakan betapa terkejutnya dia karena di konser BIGBANG sebelumnya dia dikejar-kejar oleh pihak manajemen karena menjual merchandise KW alias tiruan. Rupanya di konser BIGBANG sebelumnya pihak manajemen BIGBANG bersama menjual merchandise asli dan si penjual dijebak oleh “bule Korea: yang tak lain dan tak bukan adalah dari pihak YG Entertainment – manajemen BIGBANG. Dia dikejar dan lari pontang-panting tapi berhasil lolos.



Dalam penantian mulainya konser menukarkan bukti donasi dengan kipas yang akan diangkat bersamaan di tengah konser itu. Saya cari panitia dan ketemu. Kipasnya ternyata benar-benar kipas kertas. Parahnya, dan kasiannya, kipas yang akan dibagikan pada penonton lain salah cetak. Kualitas kertasnya tidak bagus dan tipis. Panitia menjelaskan bahwa hanya separuh dari uang donasi yang digunakan. Sisa donasi digunakan untuk membeli souvenir untuk Taeyang. Menurut informasi, souvenir ini sudah dititipkan pada staf promotor dan semoga benar-benar sampai di tangan Taeyang. Jika dia menerimanya maka ada uang saya beberapa ribu di sana ha ha.


Bersama Dewi yang walaupun galau untuk urusan foto tetap eksis. Saya memegang hand fan kertas
dari kegiatan donasi.


Lama duduk berpanas ria sambal berusaha menghibur hati Dewi yang galau, akhirnya waktu sholat Dhuhur datang. Saya sholat dan kami beristirahat di dalam musholla yang Alhamdulillah dekat saja dari venue. Bersebelahan langsung. Saya melihat beberapa staf juga sholat, staf YG tidak ada yang muslim jadi tidak ada yang sholat, andai Taeyang sholat juga ha ha…harapan semu se-semu-semunya wkwkwkwkwk.
Mengisi perut dengan nasi goreng enak
porsi kecil, harga premium

Sekitar pukul 12:30 saya menghubungi teman saya dan dia menyanggupi akan mengantar Dewi jalan-jalan keliling Jakarta di sekitaran Monas tentunya karena tidak ada lagi si pacar dengan mobilnya yang sebelumnya bisa mengantarkan kami keliling-keliling. Ah untuk bantuannya ini saja saya sudah berterima kasih sebesar-besarnya. Karena teman saya masih harus bekerja sampai pukul 2 Dewi masih harus bersabar. Pukul 1 siang saya keluar dari musholla dan saya makan di warung tenda dekat ticket box. Saya harus makan, harus ada energi atau jika tidak saya pingsan.

Pukul 2 kurang Dewi pamit mengojek untuk bertemu teman saya dan saya melangkah masuk entrance gate. Dibandingkan acara Asia Dream Cup 2014 pemeriksaan tiket lebih baik. Tiket diperiksa dengan teliti dan barcode discan. Tapi…pengaturan barisan kacau balau. Harusnya pihak panitia sudah memilah penonton yang masuk ke dalam halaman venue. Banyak yang sudah mengantri dari pagi termasuk kawan yang saya temui di teras Tennis Indoor. Mereka sudah datang mulai jam 8 pagi. Duduk mengantri dan kemudian antrian buyar dan terjadi ketegangan yang sangat tegang sebelum kami masuk.

Jadi, seorang staf keamanan berbadan tinggi besar sebut saja Pak A, membawa megaphone dan berteriak-teriak yang tidak saya dengar. Fans menggerombol di dekat sisi masuk menjauh dari teras. Rupanya mereka adalah pemenang nonton soundcheck gratis. Saya dapat mendengar dari luar mereka teriak histeris dari dalam venue dan saya mendengar suara musik dan suara Taeyang! Masih belum percaya dia benar-benar datang.

Saya dan dua teman baru saya, bertemu dalam antrian menunggu konser dimulai

Setelah penonton soundcheck keluar lagi tidak lama ada kerumunan lagi. Ada 2 bule cewek Korea yang dikerumuni. Oh mereka ini adalah staf dari fan club Taeyang di Korea yang membagikan kipas dan pin. Fans mengantri? Oh hampir mustahil! Mereka dikerumuni dank arena tak berdaya akhirnya mereka tidak mau membagi dan meminta penonton mengantri. Mereka pindah tempat berdiri dan saya ikuti saja. Saya ikut mengantri dan..saya dapatkan kipas dan pin-nya. Langsung dari Korea. Hanya setelah beberapa orang sesudah saya, kipas dan pin habis. Oh beruntungnya saya.


Kipas tangan atau lebih tepatny aplakat plastik dari Fan Group Taeyang asli dari Korea loh.
Ini bagian depan dan belakang plakatnya


Masalah muncul setelahnya. Tepat ketika kami harusnya masuk setelah penonton soundcheck keluar. Saya tidak terlalu kecewa tidak nonton soundcheck karena di jadwal jarak antar asoundheck dan open gate hanya 1.5 jam jadi saya rasa soundcheck tidak akan lebih dari 30 menit. Dan benar saja kira-kira janya 20 menit penonton yang beruntung itu bisa nonton Taeyang check sound sebelum konser. Setelah mereka keluar penonton campur aduk lagi. Tidak ada pemisah barisan dan petunjuk di mana penonton harus mengantri. Harusnya panitia sudah membuat pembatas barisan untuk penonton berdasarkan kelasnya, terutama yang punya tiket fast track. Oleh panitia dijanjikan yang ounya tiket fast track bisa masuk 30 menit lebih awal. Nah tiket fast track ini dijual banyak sekali untuk semua kelas kecuali VIP yang bernomor. Saya tidak tahu pasti siapa yang dimasukkan terlebih dulu ke dalam venue oleh Pak A.

Pak A dengan megaphone yang suaranya tidak mega itu menyuruh kami berbaris sambal berteriak fast track festival fast track festival. Kami berbaris tabrak menabrak dan kemudiad dia bilang barisan dibagi dua. Kami membagi diri jadi 2 barisan kiri dan kanan. Kami berdiri lama sekali. Petugas menata barisan. Kelompok lain dari kelas lain juga dibariskan. Oh…bukankah lebih adil dan rapi jika batas barian sudah ada jadi mereka yang sudah antri dari pagi baik dengan atau tanpa tiket fast tracknya bisa duduk manis atau berdiri tenang mengantri. Amburadul kami jadinya.  
Petugas memeriksa bawaan kami karena makanan dan air minum tidak boleh dibawa masuk. Dan pemeriksaan dilakukan sekitar hampir 40 menit sebelum masuk dan saya serta penonton lain mulai haus. Saya rasa harusnya sebelum masuk baru dicek sehingga paling tidak kami bisa minum dan menghimpun energi.

Kekacauan ini belum dimulai karena tidak lama ketika mulai ada penonton yang dimasukkan ke dalam venue teriakan protes diteriakkan. Dari yang saya dengar Pak A memasukkan barisan penonton yang tadinya penonton soundcheck yang tidak punya tiket fast track. Entah bagaimana si mbak itu tahu tapi dia beserta penonton lain jauh di depan saya memaki-maki protes. Dibentak kembali oleh Pak A dan saling bentak dengan sengit terjadi. Intinya kami yang fast track festival ini berhak masuk duluan tapi mengapa kelas lain yang tidak fast track malah dimasukkan. Sampai gemetaran saya, antara ngeri dengar bentak-bentakan itu, lemas berdiri, dan deg-degan ingin masuk. 

Adu mulut ini berlangsung sekitar 10 menit disusul protes-protes selama kurang lebih 10 menit lagi jadi totalnya sekitar 20 menitan. Staf Taeynag dari YG Entertainment sampai keluar dan dengan muka santainya ikut nimbrung bercakap-cakap mendengar masalah. Saya tidak melihat dengan jelas tapi salut untuk si Mbak yang berteriak dan membentak balik Pak A yang tidak adil itu.

Parahnya Pak A kemudian mepersilakan barisan fast track festival barisan sisi kiri untuk masuk duluan, tentu saja saya dan lainnya di barisan sisi kanan protes. Dia membagi barisan yang awalnya satu baris jadi dua baris dan mengapa yang sisi kiri dimasukkan duluan. Oh Pak A ini super menyebalkan. Akhirnya 2 petugas polisi yang seragam dinasnya tidak sementereng Pak A dan kawannya datang. Ini baru adil. Dia mempersilakan 5 orang dari sisi kiri masuk disusul 5 orang dari sisi kanan begitu bergantian. Ah mengapa Pak A tidak berpikir dan hanya bisa berteriak memekakkan telinga. Sebal!

Ketika giliran saya, saya masuk melewati 1 pintu metal detector. 2 tiket tanpa diperiksa langsung disobek. Saya berlari da nada petugas tepat di pintu masuk venue. Kepulan asap putih dari pendingin udara menyeruak dan sudah banyak sekali orang di depan panggung. Saya berdiri di sisi kanan panggung. Sisi tengah sudah penuh dan saya hitung saya di baris ke empat dair depan. Ah lumayan piker saya. Lumayan atau tidak apapun yang terjadi ya harus dinikmati. Inilah konser. Jika tak duduk di kursi bernomor mungkin Anda akan di barisan depan atau di barisang belakang. Just enjoy… itu pesan Christian Sugiono untuk penonton konser. Well..jika tidak terjadi kehebohan barisan yang akan masuk venue sih saya masih enjoy. Tapi ketika sudah di depan panggung saya tidak lagi ingat apa yang terjadi sebelumnya.

Saya di dalam venue. Gambr blur karena saya sudah gemetaran gugup ha ha.
Barisan kursi kuning di belakang saya adalah kursi untuk penonton tribun

Tepat pilihan saya, sisi tribun VIP jauh di belakang. Panggungnya kecil saja macam panggung Pentas Seni sekolah tapi giant screen di depan serta di kanan dan kiri atas lumayan membantu. Cerita konser akan saya ceritakan di posting saya keempat. Perlu Anda tahu, hanya menuliskan kembali ingatan saya akan konser saja sudah membuat saya deg-degan lagi he he. Kegilaan ini…sungguh konyol ha ha. Lanjut baca di post ini ya.





Post a Comment

1 Comments

advertise